Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan tentang tekanan terhadap neraca perdagangan Indonesia karena gejolak harga komoditas global.
“Surplusnya mulai turun, tahun lalu Januari-Maret 2023 surplus neraca perdagangan US$12,1 miliar, tapi untuk Januari-Maret tahun ini surplus lagi namun levelnya ke US$7,31 miliar,” ujar Sri Mulyani.
Gejolak harga komoditas telah menyebabkan penurunan surplus neraca perdagangan Indonesia. Untuk periode Januari-Maret 2024, surplus hanya sebesar US$7,31 miliar, turun signifikan dari US$12,11 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sri Mulyani juga menyoroti pertumbuhan ekspor Indonesia yang negatif pada level minus 12,8%. Hal ini semakin memperlemah surplus neraca perdagangan.
Menurut Sri Mulyani, penurunan surplus neraca perdagangan perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada perekonomian Indonesia. Pemerintah akan terus memantau situasi dan mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas perekonomian
Warga Geruduk Kantor BUMD Air Bersih, Protes Tarif Naik
Jakarta – Puluhan warga menggeruduk kantor Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) air bersih PT Aetra Air Jakarta, di bilangan Pluit, Jakarta Utara, pada Rabu (1/3/2023). Warga memprotes kenaikan tarif air bersih yang dianggap memberatkan.
Salah seorang warga, Wati (42), mengaku terkejut saat menerima tagihan air pada bulan ini. Tarif air yang biasanya ia bayar sekitar Rp 100 ribu per bulan, kini naik menjadi Rp 150 ribu.
“Saya kaget banget, naiknya lumayan. Padahal kami ini warga biasa yang penghasilannya pas-pasan,” ujar Wati.
Warga lainnya, Budi (35), juga mengeluhkan kenaikan tarif air. Menurutnya, kenaikan tarif ini tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan.
“Airnya sering keruh, alirannya juga sering mati. Tapi tarifnya malah naik,” kata Budi.
Warga yang berunjuk rasa menuntut pihak BUMD untuk meninjau kembali kenaikan tarif air. Mereka juga meminta agar kualitas pelayanan air di tingkatkan.
Menanggapi protes warga, pihak BUMD menyatakan bahwa kenaikan tarif air merupakan keputusan yang diambil berdasarkan perhitungan yang matang. Hal itu di karenakan tingginya biaya operasional dan investasi untuk menjaga keberlanjutan pasokan air.
“Kami memahami keberatan warga, namun kami juga harus mempertimbangkan aspek bisnis dan operasional perusahaan,” ujar Direktur Utama PT Aetra Air Jakarta, Pamuji Widodo.
Terkait kualitas pelayanan, Pamuji mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas air dan mengurangi gangguan aliran. Ia juga meminta warga untuk bersabar dan memberikan waktu kepada pihaknya untuk melakukan perbaikan
SKK Migas Berupaya Tingkatkan Produksi Migas Nasional
Jakarta, CNBC Indonesia – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa upaya meningkatkan produksi minyak dan gas nasional belum mendapatkan hasil yang optimal.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro mengatakan, terdapat beberapa kendala yang menghambat upaya tersebut, seperti:
- Pandemi Covid-19 yang berdampak pada operasional dan investasi hulu migas.
- Fasilitas produksi yang sudah tua sehingga sering terjadi kebocoran dan reliability yang tidak optimal.
- Keterlambatan pembangunan infrastruktur industri hulu migas.
“Industri hulu migas memiliki cycle yang panjang sekitar 7 tahun. Akibat pembatasan mobilitas dan penurunan investasi saat pandemi, terjadi GAP yang cukup signifikan dengan target investasi pada program long term plan (LTP) yang telah di susun,” kata Hudi.
Meskipun demikian, SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terus melakukan langkah-langkah untuk menekan decline rate dan mengoptimalkan produksi migas nasional.
Langkah-langkah yang di lakukan meliputi:
- Menaikan kegiatan workover, well service, dan pemboran sumur pengembangan.
- Tingkat pengeboran sumur pengembangan, yang mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
- Melakukan upaya terbaik agar fasilitas yang sudah tua dapat beroperasi secara maksimal.
“Dalam 3 tahun, realisasi pengeboran sumur pengembangan meningkat dari 480 sumur di tahun 2021 menjadi 799 sumur di tahun 2023, atau naik 66,5%,” ujar Hudi.
Hudi menyampaikan, tren produksi minyak dan gas mulai membaik. Decline rate pada tahun 2023 tercatat hanya 1,1%, di bandingkan laju decline rate dari tahun 2016 hingga 2022 yang rata-rata sekitar 5%.
“Kami mengharapkan dukungan para pemangku kepentingan terkait, agar program reaktivasi sumur, pemboran, well service, dan lainnya bisa di laksanakan semuanya. Sehingga tren produksi yang naik lagi bisa di pertahankan hingga di akhir tahun ini,” pungkas Hudi